Nakal



Punya temen atau tetangga orang-orang nakal itu berkah tenanan, Truk. Heuheuheu. Lhoo, kenapa? Orang-orang begini itu biasanya sosialnya tinggi dari pada orang-orang pinter atau yang kelasnya udah duwur-duwur kae. Makanya kalau di kluster-kluster kelas wahid pagar rumah tinggi-tinggi, gak pernah bukaan, jadi ya gak pernah kelihatan ndas-ndase kaya apa bae.

Selain itu, aku dulu pernah cerita ma Bagong, kalau bisnis jangan sama orang pinter. Karena akan banyak perhitungan, banyak pertimbangan. Bisnis itu ya, das des, kok malah kebanyakan timbangan, dikit-dikit pritungan. Akhire tidak jadi.

Tapi sebenarnya klaim atau julukan itu aku setuju ama lagi-lagi bokong truk: Ceritamu baik atau buruk tergantung siapa yang menceritakan. Heuheuheu. Orang di anggap nakal, dst, dll, ini juga tergantung siapa yang memberi label, Truk. Biasanya orang memberi label tujuannya ya memberikan batas, supaya kontras.

Sama halnya tetangga-tetangga nakalku ini, ada labelnya dari seseorang, tetapi kadang orang ini juga lupa kalau di sana terdapat hikmah dan berkah. Gadung itu bikin mendem, tapi kalau caranya benar, ya jadi sesuatu yang bikin ketagihan.

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain — Kanjeng Nabi Muhammad. Terima kasih tetangga-tetanggaku, Tuhan akan memberikan anugerah yang lebih lagi kepadamu.
Bukan siapa-siapa. Hanya pejalan biasa