Mengintip Takdir Kilat Tuhan



Dek, ternyata tidak cuma kita yang kaget dengan takdir kilat ini. Banyak keluarga besarku dekat dan jauh terheran-heran. Sejak fotomu menghiasi bingkai profilku, banyak orang bertanya-tanya, mengucapkan selamat dan tentunya menjadi jurnalis dadakan.

Dek, kemarin aku sempat bercerita kepadamu, bahwa sifat mustahil bagi Tuhan itu tidak ada, ya? Dari dulu, aku selalu percaya bahwa untuk jatuh cinta itu butuh proses, bahkan orang masa kini saja banyak yang melabeliku bukan pria sungguhan. Benar, itu karena di mata mereka aku terlalu pasif dalam mengejar cinta dalam sudut pandang mereka.

Dek, aku juga mengatakan bahwa hipotesisku berbunyi tidak ada cinta yang dapat tumbuh dalam hitungan detik, menit dan jam. Ternyata hipotesisku mengenai ini keliru total, padahal hipotesis tersebut sudah termasuk pernyataan bahwa cinta itu ketika seseorang mencintai seseorang lain dan cintanya benar untuknya, begitupula seseorang yang lain benar mencintai seseorang tersebut serta benar bahwa cintanya memang untuk seseorang yang bersangkutan tersebut. Iya, itu salah dan keliru total, Dek. Sifat mustahil bagi Tuhan itu tidak ada, Dia dapat menumbuhkan apa saja yang Dia kehendaki, di mana saja, kapan saja. Apalagi hanya menumbuhkan cinta di antara aku dan engkau, sangat-sangat mudah bukan?

Dek, saat itu, aku yang tiba-tiba menjelma layaknya Rahwana dalam epos Rahvayana. Ia yang selalu berpuisi setiap pagi, lalu akan bertanya kepada Shinta: Wahai titisan Dewi Widowati, apakah hari ini engkau telah mencintaiku? Iya, Dek. Hampir mirip tetapi tidak sama. Sebab pertanyaanku setiap hari selalu engkau jawab dengan mantap dan tandas bahwa engkau akan menjadi teman hidupku saat ini, esok hari dan sepanjang sisa umur ini. Tidak pernah berubah. Terima kasih telah percaya kepadaku, ya, Dek. Aku tidak tahu bagaimana engkau membuat visualisasi atasku, sebab kita tak pernah bertemu atau bertukar pesan sebelumnya. Tetapi engkau tak pernah ragu dalam menjawab pertanyaanku yang berulang dan tetap konsisten.

"Tidak ada persahabatan yang lebih besar diantara dua ruh dibandingkan persahabatan diantara pasangan suami istri."

— Ibnu Katsir 3/528

Dek, tahukah bahwa aku dua hari dua malam tidak dapat tidur? Itu karena aku sangat tidak percaya bahwa engkau menerimaku begitu saja tanpa pernah melihatku, tahu riwayat hidupku, dst. Engkau yang menjadi tempat di mana Tuhan memercayakan firman-Nya kepadamu, menerimaku tanpa tapi dan karena. Dek, hipotesisku yang ini lolos. Yaa, meski sebelumnya sulit membuktikan bahwa menemukan orang yang benar-benar mencintaiku saat cintaku benar untuknya dan aku mencintainya. Tetapi cinta tanpa tapi dan karena itu memang adanya. 

Dek, ketika aku merasa kebingungan dengan jawabanmu dan takdir Tuhan yang mempercayakan semuanya ini kepadaku. Aku ini siapa, Dek? Orang benar juga bukan, aku selalu mengatakan bahwa aku sebenarnya bajingan yang hidupnya berantakan dan amburadul. Rahasia apa yang sedang Tuhan simpan? Engkau menjawab: rahasia, kepercayaan dan tujuan Allah terhadap kita mungkin tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh manusia. Namun, mungkin dapat dipahami sebagai bagian dari rencana Allah kepada kita untuk tumbuh, belajar dan menjadi lebih baik bersama sama.

Dek, saat hari itu terjadi, aku mulai undur diri dari kehidupan mayaku. Aku hanya ingin belajar mencintaimu dengan benar sepanjang waktu. Meski banyak orang mengatakan bahwa bahasa cintaku itu kata-kata, engkau ketika aku tanya lebih memilih diam dan melihatnya. Dek, apakah benar bahasa cintaku kata-kata? Bukankah aku selalu menulis bahwa kata-kata itu terbatas? Apakah sebenarnya engkau pernah membaca tulisanku, sehingga diam ketika aku tanya?

Dek, terima kasih telah membukakan pintu kepada pengembara cinta, ini. Pria yang sedang berkelana mencari cintanya, meski banyak orang telah bertemu dalam maya atau bahkan bertatap muka. Namun mereka masih menganggap aku orang asing. Engkau layaknya oasis di padang pasir pada pengemis sepertiku. Walaupun sebelumnya engkau sendiri mengatakan sulit untuk membuka hati kepada pria atau bahkan tidak punya rencana menikah dengan siapa.

Dek, terima kasih juga karena telah mencintaiku dengan ugal-ugalan. Engkau yang selalu merayuku, menyemangatiku, di sini ketika aku lelah dan letih. Hari-hari berlalu dengan penuh cinta, kasih dan sayangmu. Aku bersyukur menemukanmu dalam ketidaksengajaan. Maafkan segala kekuranganku, ketidakcakapanku dan setiap hal yang telah berlalu atau yang akan datang. Saat aku percaya bahwa aku orang yang tidak sempurna, engkau datang dan menyiraminya dengan kesempurnaanmu. Hati manalagi yang tidak meleleh?

Dek, mungkin inilah alasan Tuhan membiarkanku jatuh bangun merangkai kepingan cintaku yang selalu hancur. Aku yang selalu percaya kepada-Nya bahwa rahmat Tuhan itu selalu ada, meski ujian itu dari waktu ke waktu sangat berat. Pada titik aku bertemu denganmu pula sebenarnya aku telah menjalani kehidupan yang remuk redam. Dia mengirimkanmu supaya senyumanku kembali merekah dan bara api hidupku kembali menyala. Baik, aku tidak menyesali setiap pertemuan, seperti setiap tulisanku bahwa aku tak pernah menyesali apapun yang sudah terjadi. Aku mendefinisikannya sebagai pembelajaran sebelum aku benar-benar di lepas Tuhan untuk membersamaimu.

Dek, mari bersama-sama berterima kasih atas setiap do'a, sesuatu, kebaikan yang di harapkan orang lain kepada kita. Mungkin, sebenarnya pertemuan kita juga adalah do'a-do'a mereka yang ikut serta di ijabah oleh Tuhan Yang Maha Esa. Mari pula kita mendo'akan setiap orang untuk kebaikannya, agar supaya asa hidupnya terus menyala di tengah gelapnya dunia dan gemerlap namun sepinya buana.
Bukan siapa-siapa. Hanya pejalan biasa