Guru Bagi Sesama



Selamat hari guru. 

Di hari guru ini, aku mencoba merefleksi diri ke beberapa tahun belakang. Pada sebuah tempat yang menjadi PAUD, TK dan Sekolah Dasar bagiku. 

Beliau bernama Andy Stefanus yang ternyata menemukan hal lain dalam diriku, meski aku tak menyadarinya. Kelak, beliau selain menjadi atasan, juga adalah seorang mentor yang bagus.

Kemudian dengan Alm. I Made Mulyono yang memberikan keleluasaan untuk aku jatuh bangun membangun jalan kehidupanku sendiri, bergelut dengan pengalaman lapangan yang keras dan meminum asinnya lautan.

Dalam masa itu juga hadir seorang yang penuh kesabaran membuatkan aku alas kaki sehingga dapat berjalan hingga kini. Orang-orang memanggilnya Christian, memiliki nama Christian Octavianus. 

Waktu terus berjalan hingga akhirnya tiba hari di mana aku dipertemukan dengan seorang ulung berbakat melahap ngerinya arena pertarungan. Memang sudah tua, zaman ini bukanlah zamannya lagi, tetapi semangatnya untuk tetap mengejar cepatnya perubahan di zaman ini juga tak boleh dilewatkan. Selain itu pengalaman berharganya bertarung di medan laga layak di jadikan pelajaran. Seorang yang menyandang nama Sutrisno, ini banyak mengajarkanku senjata untuk bertempur, tentang bagaimana menghadapi lawan dan cara untuk berkawan serta mendukung setiap langkah maupun perubahan positif yang aku lakukan. 

Tidak kalah hebatnya di lapangan, dari bekakang meja aku juga di pertemukan dengan orang hebat lainnya bernama Wahyu Permana. Kemudian mengajarkanku bagaimana melihat dunia ekonomi ini berjalan. Bagaimana cara melihatnya dari sisi yang tidak hanya di lihat oleh mata, tetapi pergerakan-pergerakan beserta arahnya. Lantas menuliskannya menjadi data untuk dapat di analisa dan mempunyai kesimpulan supaya mampu melihat arah mata angin.

Terdapat pula orang-orang hebat lain di sini, baik yang secara langsung bertemu atau aku hanya dapat mendengarkan ceritanya dari mulut ke mulut orang-orang. Meski begitu, aku percaya akan bakatnya.

Meski secara formal kita bukanlah seorang guru. Tetapi secara nonformal, ternyata kita bisa menjadi guru bagi sesama. 

Bukan siapa-siapa. Hanya pejalan biasa